Sunday 25 September 2016

Golongan Darah Manusia

Posted by de Fairest at 9/25/2016 09:32:00 am
Sistem penggolongan darah yang akan dibahas berikut ini adalah sistem golongan darah ABO, MN dan Rh.

GOLONGAN DARAH SISTEM ABO

Telah lama diketahui bahwa golongan darah manusia berbeda-beda. Perbedaan golongan darah ini terutama dikenali pada saat transfusi darah. Bila transfusi darah terjadi pada orang yang bergolongan darah sama, terjadi kecocokan antara darah donor (pemberi) dengan darah resipien (penerima). Sebaliknya, jika terjadi transfusi darah dari donor kepada resipien yang tidak sama golongan darahnya, akan terjadi reaksi penggumpalan darah atau reaksi serologis pada tubuh penerima. Akibatnya, resipien dapat meninggal dunia.

Reaksi serologis dapat terjadi karena sewaktu transfusi darah terjadi reaksi antara molekul asing (dari donor) dengan suatu molekul dari resipien. Molekul asing tersebut dinamakan antigen, sedangkan suatu molekul dari resipien yang mengenali molekul asing dinamakan antibodi.

Antigen merupakan glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Darah seseorang jika ditransfusi pada orang lain yang berbeda golongan darahnya, glikoproteinnya akan dikenali sebagai antigen oleh antibodi. Antibodi merupakan molekul protein yang dihasilkan oleh sel-B (limfosit B) untuk merespon adanya antigen. Antibodi terdapat pada serum atau cairan darah. Perbedaan golongan darah pada setiap orang dikarenakan adanya perbedaan jenis glikoprotein (antigen). Perbedaan pada glikoprotein ini merupakan faktor genetik yang diwariskan secara turun temurun.

Pada sistem ABO, terdapat dua macam antigen, yaitu antigen A dan antigen B serta dua macam antibodi yaitu anti-A dan anti-B. Agar tidak terjadi penggumpalan darah akibat reaksi internal antara antigen dan antibodi sejenis, tiap individu dibekali dengan kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda. Kombinasi antigen dengan antibodi yang berbeda akan menentukan golongan darah seseorang, yaitu golongan A, B, AB, dan O. 

Karakteristik golongan darah sistem ABO
Individu dengan golongan darah A memiliki antigen A pada membran plasma sel-sel darah merahnya dan antibodi anti-B di dalam serumnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada membran plasma sel-sel darah merahnya dan antibodi anti-A di dalam serumnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada membran sel-sel darah merahnya, namun tidak memiliki antibodi anti-A dan anti-B di dalam serumnya. Sebaliknya, individu dengan golongan darah O tidak memiliki antigen A dan B di dalam membran sel-sel darah merahnya, namun memiliki antibodi anti-A dan anti-B di dalam serumnya.

Sistem golongan darah ABO ditentukan oleh tiga alel, yaitu alel IAIB, dan i (Z merupakan singkatan dari isoaglutinogen). Alel IA bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen A, alel r bertanggung jawab untuk menghasilkan antigen B, dan alel i tidak menghasilkan antigen jenis apapun. Individu dengan genotip IAIA atau IAi memiliki fenotip golongan darah A, individu dengan genotip IBIatau IBi memiliki fenotip golongan darah B, individu dengan genotip IAIB memiliki fenotip golongan darah AB, dan individu dengan genotip ii memiliki fenotip golongan darah O.

Studi golongan darah ABO menunjukkan dua hal penting. Pertama, sistem golongan darah ABO menunjukkan alel ganda. Alel ganda merupakan adanya lebih dari dua alel dalam suatu gen yang berada pada suatu populasi. Meskipun demikian, seorang individu maksimum hanya dapat membawa dua alel yang berbeda, misalnya IAIsaja atau IA. Kedua, pada keadaan heterozigot fenotip suatu alel tidak perlu mendominasi alel lainnya (efek kodominan). Hal ini berarti kedua alel tersebut menyumbangkan efek fenotipnya. Fenotipnya dapat dilihat dari kemampuan antigen (pada sel- sel darah) yang digumpalkan oleh berbagai antibodi (serum darah).

Lebih jelasnya mengenai pewarisan golongan darah dapat dilihat pada contoh diagram perkawinan berikut ini. Misalnya, seorang perempuan bergolongan darah A menikah dengan seorang laki-laki bergolongan darah B, kemungkinan golongan darah keturunan mereka adalah sebagai berikut. Golongan darah A memiliki kemungkinan alel IAIdan IAi, sedangkan golongan darah B memiliki kemungkinan pasangan alel IBIB dan IBi. Kemungkinan golongan darah anak-anaknya seperti berikut ini.

I. P : IAIIBIB 
F1 : IAIB (100% keturunan memiliki golongan darah AB) 

II. P : IAIIBi
F1 : IAIB  (50% keturunan memiliki golongan darah AB) 
F1  : IAi (50% keturunan memiliki golongan darah A) 

III.  P : IAi  x IBIB 
F1  : IAI (50% keturunan memiliki golongan darah AB) 
F1  : IBi  (50% keturunan memiliki golongan darah B) 

IV.  P : IAi  x IBi
F1  : 
IAI (50% keturunan memiliki golongan darah AB) 
IAi  (25% keturunan memiliki golongan darah A) 
IBi  (25% keturunan memiliki golongan darah B) 
ii (25% keturunan memiliki golongan darah O)


GOLONGAN DARAH SISTEM MN

Berbeda dengan penggolongan darah sistem ABO, penggolongan darah sistem MN berdasarkan adanya perbedaan salah satu jenis antigen glikoprotein. Antigen glikoprotein ini terdapat pada membran sel darah merah yang disebut glikoforin A. Antigen ini dapat dikenali dengan reaksi antigen-antibodi. Berdasarkan reaksi imunologis antara antigen glikoforin dengan antibodinya, maka telah diidentifikasi ada dua macam antigen glikoforin, yaitu antigen glikoforin M dan antigen glikoforin N.

Kemampuan sel darah merah seseorang untuk menghasilkan antigen M, antigen N, atau kombinasi antigen M dan N bergantung kepada adanya gen kodominan yang terdiri atas dua alel, yaitu alel Ldan alel LN (L merupakan singkatan dari Landsteiner). Berdasarkan kombinasi kedua alel tersebut, reaksi antara antigen dengan dua anti serum (serum yang mengandung antibodi), yaitu anti-M dan anti-N, menghasilkan fenotip dan genotip golongan darah sistem MN sebagai berikut. 
Karakteristik golongan darah sistem MN
Keterangan : 
tanda + menunjukkan terjadi reaksi penggumpalan (aglutinasi)
tanda - menunjukkan tidak terjadi reaksi penggumpalan 

Hasil studi genetik menunjukkan bahwa perkawinan ai antara kedua orang tua yang memiliki fenotip M hanya akan memiliki keturunan dengan fenotip M juga. Orang tua dengan fenotip N juga hanya akan memiliki keturunan dengan fenotip N, Namun, bila kedua orang tua memiliki fenotip M atau H maka keturunannya akan memiliki fenotip MN. Bila kedua orang tua memiliki fenotip MN, anak-anaknya akan memiliki fenotip M, N, dan MN. 

Pewarisan antigen M dan N
GOLONGAN DARAH SISTEM Rh

Antigen lain yang penting dalam golongan darah adalah faktor Rh (rhesus). Disebut rhesus karena antigen ini pertama kali ditemukan dalam eritrosit kera "rhesus" (Macaca rhesus). Antigen rhesus ini juga berupa glikoprotein tertentu pada membran plasma sel-sel darah merah. Sistem Rh membagi golongan darah manusia menjadi dua kelompok berdasarkan reaksi penggumpalan antara antigen sel darah merah dengan anti serum Rh. Hasilnya berupa individu golongan Rh positif, dengan genotip RhRh atau Rhrh, memiliki antigen faktor rhesus di dalam sel-sel darah merahnya. Sebaliknya, individu golongan Rh negatif, dengan genotip rhrh, tidak memiliki antigen faktor rhesus di dalam sel-sel darah merahnya.
Karakteristik golongan darah sistem Rh
Individu Rh positif yang menerima darah dari individu Rh positif tidak mengalami reaksi penggumpalan darah, karena tidak ada reaksi antibodi terhadap antigen Rh di dalam tubuh resipien. Individu Rh positif yang menerima darah dari individu Rh negatif juga tidak mengalami reaksi penggumpalan, karena resipien juga tidak memiliki antibodi. Individu Rh negatif yang menerima darah dari individu Rh positif, awalnya tidak mengalami reaksi penggumpalan darah karena di dalam tubuh resipien belum terbentuk banyak antibodi. Namun, setelah resipien (Rh negatif) menerima darah dari Rh positif untuk kedua kalinya, maka akan terjadi reaksi penggumpalan, karena antibodi sebelumnya yang sudah terbentuk akan menyerang antigen baru. 

Hal ini juga terjadi ketika ibu Rh negatif yang memiliki suami Rh positif mengandung bayi yang memiliki Rh positif. Secara normalnya, tidak terjadi pertukaran darah antara ibu dan bayi dalam kandungan. Akan tetapi, pada bulan-bulan terakhir masa mengandung ada kemungkinan terjadi pertukaran darah, karena berat dan gerakan bayi menyebabkan pecahnya pembuluh kapiler dalam plasenta. Akibatnya, terjadi perembesan darah janin ke peredaran darah ibu. Adanya antigen Rh dalam eritrosit bayi menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi Rh, kemudian darah ibu merembes kembali ke dalam tubuh bayi.

Biasanya, anak yang pertama dapat lahir dengan selamat karena pembentukan antibodi berlangsung perlahan-lahan. Bila kandungan yang kedua adalah bayi dengan Rh positif lagi, maka akan terjadi lagi perembesan darah janin ke peredaran darah ibu. Akibatnya, jumlah antibodi yang terbentuk di dalam tubuh ibu menjadi lebih banyak. Bayi yang lahir mengalami erythroblastosis fetalis, yaitu penyakit anemia kronis yang disebabkan oleh hemolisis sel-sel darah merah. 

Salah satu pencegahan terjadinya kelainan tersebut pada bayi adalah dengan pemberian suntikan anti serum anti-Rh kepada ibu Rh negatif. Antiserum ini akan merusak sel-sel Rh positif yang masuk ke peredaran darah ibu. Dengan cara ini si ibu tidak perlu memproduksi antibodi anti-Rh.

0 comments:

Post a Comment

 

de Biology Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea